- Back to Home »
- Cerpen »
- Ayah Aku Capek V.2
Posted by : Wikan Kun
Jumat, 01 November 2013
"Ayah, Ayah,
aku capek. Masa, setiap hari aku harus belajar, padahal teman-temanku tidak disuruh
belajar, dan mereka hanya bermain sepanjang hari," Adi menghampiri ayahnya
yang sedang membaca koran di depan rumah. Ayahnya yang tadi membaca koran meletakkan
korannya dan menoleh kepadanya, membalas dengan senyuman.
“Yah, aku
capek. Setiap hari aku harus harus menabung, padahal teman-temanku bisa jajan
enak sesuka hatinya," keluh Adi. "Aku capek ayah, setiap hari aku harus
membantu ayah dan ibu, sedangkan teman-temanku tidak karena mereka punya
pembantu," lanjutnya, Adi kemudian menangis. Ayah yang tidak tega melihat
anaknya menangis, mengelus kepala Adi dengan lembut sambil berkata "Nak,
berhentilah menangis. Besok ayah akan mengajak jalan-jalan ke tempat yang indah".
Keesokan harinya mereka mereka mempersiapkan bekal yang dibuat oleh Ibu untuk
perjalanan. Setelah berpamitan dengan Ibunya, Adi dan Ayahnya berangkat. Mereka
berangkat melewati jalan setapak yang mengarah ke dalam hutan. Jalan itu
sungguh buruk, jalan itu becek dan banyak semak berduri yang tumbuh di sekitar
jalan itu. Melihat kondisi jalan tersebut, Adi mengeluh "Ayah, masa kita
harus melewati jalan ini, Adi JIJIK Yah,". Ayah tetap berjalan sambil memberi
isyarat kepada Adi untuk mengikutinya. Adi menurut.
Di tengah perjalanan Adi mengeluh lagi "Ayah, aku capek. Masa aku harus
melewati jalan yang becek, banyak rumput liar, banyak serangga lagi. Kakiku
gatal Yah, Ayah aku capek." ia terus mengeluh sepanjang perjalanan sambil
mencabuti duri rumput liar yang menempel di kakinya. Kali ini ayahnya tidak
menghiraukan keluhannya.
"Nak, kita hampir sampai!" Ayahnya akhirnya mengatakan hal yang
membuat hati Adi senang.
Adi melihat pantulan cahaya matahari bak permata dari kejauhan. Mereka mendekat
dan terlihat sebuah telaga yang sangat indah dengan air yang jernih. Adi
berlari mendekat ke telaga, kemudian menceburkan dirinya ke danau “airnya sejuk
Yah,” katanya spontan.
Setelah puas
berenang, Adi membuka bekal yang disiapkan sejak awal. Adi dan Ayahnya
menikmati bekal mereka bersama-sama.
Mereka duduk
di bawah pohon dekat telaga tersebut sambil menikmati pemandangan.
Adi berkata dengan gembira "Ayah, aku suka, aku suka tempat ini".
"Kamu
tahu kenapa danau yang indah seperti ini sepi nak?" tanya ayahnya.
Adi hanya menggelengkan kepalanya.
"Sebenarnya orang-orang tidak tahu di balik hutan ini terdapat telaga yang
sangat indah, karena mereka tidak mau melewati jalan setapak yang tadi kita
lewati. Kondisi jalan itu sangat buruk, sehingga mereka enggan melewatinya,
padahal itu satu-satunya jalan untuk menuju ke danau ini"
***selesai***